-
Usia10tahun
Saat saya tinggal di Yangon, Myanmar, saya tertarik dengan Jepang setelah menonton film animasi My Neighbor Totoro buatan Studio Ghibli. -
Usia17tahun
Saat saya kuliah di University of Computer Studies, Yangon, saya tertarik dengan tantangan di Jepang yang dikenal sebagai negara dengan teknologi IT yang maju. -
Usia20tahun
Saya datang ke Jepang, dan mulai belajar bahasa Jepang di sebuah sekolah bahasa di Prefektur Shizuoka. Saya ingat waktu itu saya terkejut dengan besarnya kota di Shizuoka. -
Usia22tahun
Saya bersekolah di sebuah sekolah kejuruan untuk IT. Saya terkejut karena setiap murid diberikan komputer untuk digunakan di sekolah. Berbeda dengan di Myanmar, karena satu komputer digunakan bersama-sama. -
Usia24tahun
Ketika mendapatkan pekerjaan, saya pindah ke Tokyo dan memulai karier saya di WITTS Technology. Ini pertama kalinya saya menyentuh teknologi IT terdepan. -
Usia27tahun
"Saya berpartisipasi dalam proyek pengembangan untuk perusahaan besar di bidang telekomunikasi. Selama mengikuti proyek jangka panjang yang berdurasi 1 tahun lebih, saya sudah terlibat dalam berbagai macam pekerjaan seperti mulai dari pengembangan sampai pemeliharaan."
Jalan menuju tantangan dan mimpi di Tokyo yang tidak bisa saya raih seorang diri
Sejak saya berpikir ”Aku ingin pergi ke Jepang!" hingga hal tersebut menjadi nyata, saya mengalami berbagai kesulitan. Namun, di sisi lain saya menerima banyak dukungan dan dorongan yang hangat dari teman saya. Dukungan dari teman-teman ini menjadi sumber kekuatan bagi saya dan saya merasa menjadi diri saya yang sekarang. Orang-orang di Tokyo sangat baik dan karakteristik bangsa nya pun dekat dengan negara asal saya, Myanmar, sehingga terkesan mudah untuk dipahami. Ini adalah serangkaian penemuan baru, baik di dalam pekerjaan maupun di dalam kehidupan pribadi, yang didukung oleh banyak pertemuan. Saya harap Anda juga mencoba Tokyo yang penuh dengan daya tarik dan coba lah untuk bertemu dengan mimpi serta diri Anda yang baru.
Menghadapi tantangan dari bidang IT terkini di Tokyo
Saya berpartisipasi dalam proyek untuk perusahaan besar di bidang telekomunikasi sebagai programmer. Sambil terlibat dalam pengembangan sistem pembayaran, setiap hari saya bersentuhan dengan aspek terdepan dari bidang IT. Saya terlibat dalam berbagai proses pengembangan mulai dari menciptakan desain dokumen, koding, dan uji coba, hingga merilisnya. Pekerjaan ini tidak mudah tetapi saya merasa puas setiap hari. Kami bekerja dalam tim yang terdiri dari 20 orang dan kami semua akrab dan dapat menyelesaikan pekerjaan melalui kerja sama yang kuat. Hal yang paling menyenangkan bagi anggota tim kami adalah mengetahui kalau sistem yang kami buat itu dapat berguna bagi banyak orang di dunia.
Saat saya sedang tidak bekerja dalam proyek, mendidik karyawan junior dari Myanmar yang bekerja di perusahaan ini adalah pekerjaan yang penting bagi saya. Karena saya yang memiliki paling banyak pengalaman dalam bekerja di perusahaan Jepang, saya dapat membantu mereka mengenai bahasa Jepang dan etos kerja, dan juga membantu dalam kehidupan sehari-hari.
Memberikan bantuan untuk banyak teman di Tokyo, dan memberikan layanan terbaik untuk klien.
Saya merasa ada banyak kesempatan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi di Tokyo. Contohnya mengenai tanggal pengiriman. Dalam setiap pekerjaan yang berhubungan dengan sistem, penting untuk mengerjakannya sampai tuntas sebelum melewati tanggal pengiriman untuk menjaga kepercayaan dari klien. Saya rasa kebiasaan penting yang saya pelajari di Tokyo adalah mengadakan pertemuan dengan klien dan melakukan penjadwalan agar pengiriman dapat sesuai dengan tanggal.
Saya merasa sering berhubungan dengan klien dan melakukan penjadwalan agar tidak melewati tenggat waktunya adalah kebiasaan penting yang saya pelajari di Tokyo. Berhubungan dengan komunikasi, saya merasa pebisnis yang saya temui di Tokyo sangatlah mementingkan laporan, komunikasi, dan konsultasi. Membiarkan sebuah masalah dapat memperbesar masalah tersebut dan menyebabkan hilangnya kepercayaan dari klien.
Sangat penting untuk menceritakan masalah yang kita hadapi kepada klien dan atasan, agar kita dapat memikirkan apa yang harus kita lakukan dan menemukan cara untuk menyelesaikannya. Tindakan atau solusi yang tidak dapat terpikirkan jika berpikir seorang diri akan mulai bermunculan saat mendapat saran dari rekan kerja. Kedepannya saya akan terus menjaga komunikasi dengan lingkungan sekitar dan saya ingin berkontribusi kepada pelanggan dengan memanfaatkan skill yang telah saya pelajari.
Pertemuan dengan Tokyo dan tantangan baru
Saya pertama kali mengenal budaya Jepang saat berusia 10 tahun. Penyebabnya adalah karena saya menonton animasi populer dari Ghibli yang berjudul "My Neighbor Totoro". Selain itu, saya memiliki kenalan di Myanmar yang pernah tinggal di Jepang sehingga saya sesekali mendengar cerita mengenai Jepang. Saya pertama kali mulai berpikir untuk mencoba pergi ke Jepang saat tengah mempelajari IT di Myanmar. Saya memiliki sifat untuk menyelesaikan apa yang saya mulai, sehingga saya pun memutuskan untuk pergi ke Jepang yang terkenal dengan kemampuan teknologinya yang terdepan dengan tujuan untuk memperdalam pengetahuan saya di bidang IT. Saya beruntung dapat belajar IT di sebuah sekolah kejuruan di Prefektur Shizuoka dan saya terkejut dengan perbedaan dalam lingkungan belajar jika saya bandingkan dengan Myanmar. Contohnya seperti setiap orang yang diberikan komputer di Jepang. Saya pun belajar dengan sekeras mungkin.
Saat tengah mempelajari IT di Shizuoka, keinginan saya untuk memiliki karier yang berhubungan dengan IT di Jepang mulai muncul. Saat tengah mencari kerja, saya berpikir kalau mencoba mencari kerja ke Tokyo yang memiliki banyak pilihan di bidang IT akan berguna bagi saya ke depannya, sehingga saya memutuskan untuk pindah ke Tokyo. Pada waktu itu, saya bertemu dengan WITTS Technology dan merasa saya begitu dekat untuk mewujudkan mimpi saya. Saya merasa orang-orang di Tokyo, termasuk pegawai WITTS Technology, adalah orang yang sangat teliti, pandai dalam membedakan waktu kerja dan waktu pribadi, serta secara sadar menjaga waktu dan tata krama. Selain budaya Jepang dan etiket yang saya pelajari selama bekerja di Tokyo, saya harap saya dapat menggunakan kekuatan saya sebagai orang Myanmar dan kedepannya saya juga berharap dapat berkembang untuk menjadi jembatan penghubung antara Jepang dan Myanmar.
Mari bertemu dengan teman dan diri yang sebelumnya belum pernah ada di Tokyo.
Ada begitu banyak pertemuan di Tokyo. Bukan hanya pertemuan dengan manusia, namun ada juga banyak kesempatan untuk bertemu dengan informasi, hobi, dan berbagai jenis toko. Contohnya seperti gaya berpakaian. Ada begitu banyak orang yang berpenampilan trendi di Tokyo sehingga kesadaran saya akan mode pun menjadi kuat.
Belakangan ini saya mulai terobsesi dengan toko rajutan yang unik dan saya selalu mengunjungi toko tersebut setelah kerja atau pada hari libur. Selain hobi, saya juga suka dengan daerah yang ramai di Tokyo. Banyak acara menarik yang diadakan di Tokyo, dan saya sering mencoba untuk mengikutinya jika ada waktu. Terutama untuk mengikuti acara yang berhubungan dengan Myanmar. Saya merasa rindu dengan negara asal saya, tetapi juga ada banyak pertemuan yang bisa saya temukan di sini.
Saya merasa bangga atas perhatian yang diberikan kepada negara asal saya karena saya tidak hanya bisa berbicara banyak dengan orang-orang Jepang yang memiliki minat terhadap Myanmar, tetapi juga bisa bertemu dengan teman-teman Myanmar yang sedang berkegiatan di Jepang.
Selama saya tinggal di Tokyo, saya semakin ingin membuat banyak orang tahu mengenai daya tarik negara asal saya. Contohnya, saya ingin lebih banyak lagi orang di Tokyo merasakan daya tarik Myanmar dengan membuat situs keahlian khusus yang membuat orang dapat bersentuhan dengan budaya Myanmar.
Saya sempat merasa khawatir saat meninggalkan Myanmar tetapi saya dikelilingi oleh teman-teman yang baik dan saya seperti menemukan keluarga kedua di sini. Seterusnya pun saya ingin menghargai pertemuan di Tokyo dan juga menemukan daya tarik tersembunyi dari diri saya dan negara asal saya.